Menilik Sejarah Jalur Darat Ke Tanah Suci
Deskripsi blog


Sejak masa jahiliyah sebelum kelahiran Nabi Muhammad SAW bangsa Arab Mekah sudah melakukan kontak dagang dengan penduduk Syam (Suriah, Lebanon, Palestina dan Yordania). Jalu perdagangan ini pula yang dipakai oleh para jamaah haji dari negeri Syam menuju kota suci Mekah dan Madinah. Jalur ini melewati beberapa daerah seperti kota Daraa di Suriah, lalu Tabuk (propinsi paling ujung dari kota Madinah yang berbatasan dengan Yordania), lalu kota Al-Ula yang merupakan destinasi wisata baru dengan situs peninggalan Kaum Ad, lalu Kota Rabigh berjarak sekitar 186 Km dari kota Mekah, yang dijadikan sebagai tempat miqat bagi jamaah haji dari negeri Syam.
Pada masa kekaisaran Ottoman di masa pemerintahan Sultan Abdul Hamid II dibangunlah jalur kereta api yang menghubungkan Hijaz (Madinah) dengan Suriah dan selesai pada tahun 1908 M dan konon memakan biaya sebesar 430 kg emas. Sebelum adanya jalur kereta api perjalanan dari Syam ke Madinah ditempuh selama 40 hari, sementara jika menggunakan kereta api waktu tempuh hanya 72 jam. Jejak peninggalan jalur kereta api ini masih bisa disaksikan saat ini khususnya di daerah Tabuk.
Selain Syam, jalur darat menuju kota suci Madinah dan Mekah juga membentang dari Irak. Jaraknya membentang sekitar 1400 km dari kota Kufa Irak hingga kota suci Mekah. Daerah yang dilalui salah satunya adalah Darb Zubaydah. Sebuah jalur kuno di kawasan utara Arab Saudi dan sejajar kota Rafha yang berbatasan dengan Irak dan Yordania.
Di samping menjadi titik penting di dalam perjalanan haji dan umrah kota Rafha juga menjadi jalur strategis di dalam kontak dagang antara Arab Saudi dengan negara tetangga. Jalur menuju kota Rafha ini melewati sebuah tempat yang disebut Darb Zubaydah. Jalur ini dibangun pada masa pemerintahan Khalifah Harun Ar-Rasyid (memerintah dari tahun 786-809 M) dan disebut-sebut sebagai salah satu masa keemasan kekhalifahan Islam. Selanjutnya, jalur ini diperluas oleh Zubaydah binti Ja’far, isteri dari Khalifah Harun Ar-Rasyid. Darb Zubaydah memiliki beberapa fasilitas penting seperti sumur dan reservoier yang sengaja dibuat untuk melayani para jamaah haji dan umrah. Jalur ini juga dilengkapi dengan tempat istirahat dan penginapan yang biasa dipakai oleh jamaah haji dari Irak. Dan saat ini Dar Zubaydah mendapat perhatian khusus dari Kerajaan Arab Saudi untuk dikembangkan sebagai destinasi wisata untuk mendukung terwujudnya Saudi Vision 2030.
Di samping jamaah haji dan umrah, jalur ini juga pernah dilewati oleh ulama-ulama Islam. Salah satu di antaranya adalah Imam Ahmad bin Hanbal (780-855 M). Imam Ahmad bin Hanbal melakukan perjalanan ibadah haji dan sekaligus perjalanan keilmuan dengan menuntut ilmu pada ulama-ulama yang ada di Kota Suci Mekah.
Baik jalur dari Syam maupun dari Irak, hingga saat ini masih dipergunakan oleh orang-orang hendak menunaikan ibadah haji maupun umrah yang ingin menikmati perjalanan darat.